Pendekatan Androgogi

Andragogi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni Andra berarti orang dewasa dan Agogos berarti memimpin. Definisi andragogi kemudian dirumuskan sebagai “Suatu seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar”. Dengan kata lain andragogi merupakan proses pendidikan/pembelajaran bagi orang dewasa. (Knowles dalam Yunindra, 2009).
a. Prinsip-prinsip belajar untuk orang dewasa
  1. Orang dewasa belajar dengan baik apabila dia secara penuh ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan.
  2. Orang dewasa belajar dengan baik apabila menyangkut mana yang menarik bagi dia dan ada kaitan dengan kehidupannya sehari-hari.
  3. Orang dewasa belajar sebaik mungkin apabila apa yang ia pelajari bermanfaat dan praktis.
  4. Dorongan semangat dan pengulangan yang terus menerus akan membantu seseorang belajar lebih baik.
  5. Orang dewasa belajar sebaik mungkin apabila ia mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh pengetahuannya, kemampuannya dan keterampilannya dalam waktu yang cukup.
  6. Proses belajar dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman lalu dan daya pikir.
  7. Saling pengertian yang baik dan sesuai dengan ciri-ciri utama dari orang dewasa membantu pencapaian tujuan dalam belajar/pelatihan.
 b. Karakteristik warga belajar orang dewasa
  1. Orang dewasa mempunyai pengalaman-pengalaman yang berbeda-beda.
  2. Orang dewasa yang miskin mempunyai tendensi, merasa bahwa dia tidak dapat menentukan kehidupannya sendiri.
  3. Orang dewasa lebih suka menerima saran-saran dari pada digurui.
  4. Orang dewasa lebih memberi perhatian pada hal-hal yang menarik bagi dia dan menjadi kebutuhannya.
  5. Orang dewasa lebih suka dihargai dari pada diberi hukuman atau disalahkan.
  6. Orang dewasa yang pernah mengalami putus sekolah, mempunyai kecendrungan untuk menilai lebih rendah kemampuan belajarnya.
  7. Apa yang biasa dilakukan orang dewasa, menunjukkan tahap pemahamannya.
  8. Orang dewasa secara sengaja mengulang hal yang sama.
  9. Orang dewasa suka diperlakukan dengan kesungguhan iktikad yang baik, adil dan masuk akal.
  10. Orang dewasa sudah belajar sejak kecil tentang cara mengatur hidupnya. Oleh karena itu ia lebih suka melakukan sendiri sebanyak mungkin.
  11. Orang dewasa menyenangi hal-hal yang praktis.
  12. Orang dewasa membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat akrab dan menjalin hubungan dekat dengan teman baru.
  13. Orang dewasa perlu dibina untuk mengalami perubahan dari kebergantungan.
  14. Orang dewasa mampu mengarahkan dirinya mempelajari sesuai kebutuhannya.
  15. Pengalaman orang dewasa dapat dijadikan sebagai sumber di dalam kegiatan belajar/pelatihan untuk memperkaya dirinya dan sesamanya.
  16. Kesiapan belajar orang dewasa bertumbuh dan berkembang terkait dengan tugas, tanggung jawab dan masalah kehidupannya.
  17. Orientasi belajar orang dewasa harus diarahkan pada pemecahan-pemecahan masalah.
  18. Motivasi belajar orang dewasa harus diarahkan dari pemberian pujian dan hukuman kepada dorongan dari dalam diri sendiri serta karena rasa ingin tahu.
c. Daur belajar orang dewasa
  • Membangun komunikasi dialogis dan diskusi dalam proses pelatihan, berbeda dengan mengobrol dan berbincang tanpa arah. Di dalam prakteknya, seorang trainer perlu keterampilan untuk mengoperasionalkan apa yang ada dalam daur belajar orang dewasa. Daur belajar tersebut dapat dilihat seperti pada gambar berikut.
  http://1.bp.blogspot.com/-nMt3e-Du3n4/UKZjw8gdRvI/AAAAAAAABWg/cBKjDp3y7C4/s1600/siklus+belajar+orang+dewasa.jpg
Gambar daur belajar orang dewasa
Sumber: Bappenas-UNDP 2007

Urutan daur belajar orang dewasa adalah sebagai berikut:
  1. Mulai dari Pengalaman Peserta Pelatihan,Trainer mendorong peserta pelatihan untuk menyampaikan pengalamannya dengan cara menguraikan kembali rincian fakta, unsur-unsur, urutan kejadian, dll. dari suatu realitas/kenyataan. Kemudian menggali tanggapan dan kesan peserta pelatihan atas realitas/kenyataan tersebut.
  2. Lakukan Analisis, Trainer mendorong peserta pelatihan untuk menemukan pola dengan mengkaji sebab-sebab dan kaitan-kaitan permasalahan yang ada dalam realitas/kenyataan tersebut - yakni tatanan, aturan-aturan, sistem yang menjadi akar persoalan.
  3. Tarik Kesimpulan, Trainer mengajak peserta pelatihan merumuskan makna realitas/kenyataan tersebut sebagai suatu pelajaran dan pemahaman atau pengertian baru yang lebih utuh, berupa prinsip-prinsip atau kesimpulan umum (generalisasi) dari hasil pengkajian atas pengalaman tersebut.
  4. Terapkan, Trainer mengajak peserta pelatihan merumuskan dan merencanakan tindakan-tindakan baru yang lebih baik berdasarkan hasil pemahaman atau pengertian baru tersebut, sehingga sangat memungkinkan untuk menciptakan kenyataan-kenyataan baru yang lebih baik. Proses pengalaman belumlah lengkap, sebelum pemahaman baru penemuan baru tersebut dilaksanakan dan diuji dalam perilaku/tindakan yang sesungguhnya. Tahap inilah bagian yang bersifat “eksperimental”.
 d. Langkah-langkah pelaksanaan andragogi
Langkah-langkah kegiatan dan pengorganisasian program pelatihan yang menggunakan asas-asas      pendekatan andragogi, selalu melibatkan tujuh proses sebagai berikut :
1.    Menciptakan iklim untuk belajar/pelatihan.
2.    Menyusun suatu bentuk perencanaan kegiatan secara bersama dan saling membantu.
3.    Menilai atau mengidentifikasikan minat, kebutuhan dan nilai-nilai.
4.    Merumuskan tujuan belajar/pelatihan.
5.    Merancang kegiatan belajar/pelatihan.
6.    Melaksanakan kegiatan belajar/pelatihan.
7.    Mengevaluasi hasil belajar/pelatihan.

Dalam proses pembelajaran orang dewasa (andragogi), orang dewasa menghendaki kemandirian dan tidak mau diperlakukan seperti anak-anak, misalnya diberi ceramah oleh orang lain tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Apabila orang dewasa dibawa pada situasi belajar yang memperlakukan dirinya dengan penuh penghargaan, maka ia akan melakukan proses belajar dengan penuh penghargaan pula dan akan melakukan proses belajar dengan pelibatan dirinya secara mendalam. Situasi tersebut menunjukkan orang dewasa mempunyai kemauan sendiri untuk belajar.

Kembali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar